9 Pelajaran dari Bulan Ramadhan

Setiap hari Jum'at Pon saya menjadi khotib di mushola SMK Tunas Bangsa Tawangsari. Karena saya merasa belum pandai menyampaikan khotbah, saya membacakan khotbah dari naskah yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Itu saya lakukan karena saya khawatir, saya salah ucap saat khotbah dan keluar dari tema yang sedang saya sampaikan. Saya sering menggunakan materi jum'at dari website Khotbah Jumat.

Beberapa hari lagi, kita sudah memasuki bulan suci Ramadhan. Agar setiap muslim siap melaksanakan amalan ibadah wajib dan sunah tidak berlalu begitu saja selama bulan Ramadhan, saya menyampaikan materi nilai-nilai yang dapat kita ambil pelajaran dari bulan Ramadhan. Di kandung maksud, jamaah sholat Jum'at mengetahui keutamaannya, lalu jamaah mempersiapkan diri agar mendapatkan pahala di bulan Ramadhan.

Adapun pelajaran yang dapat diambil antara lain:
1. Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi pertama diterimanya suatu amalan ibadah seorang hamba. Dalam ibadah puasa secara khusus Nabi SAW bersabda,
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Demikian pula dalam setiap amal ibadah kita, marilah kita ikhlaskan murni hanya untuk Allah semata sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah. Ingatlah bahwa sebesar apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi bila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka sia-sia belaka tiada berguna.

2. Mutaba’ah
Mengikuti sunah merupakan fondasi kedua untuk diterimanya suatu ibadah. Betapa pun ikhlasnya kita dalam beribadah tetapi kalau tidak sesuai dengan sunah Nabi SAW maka tertolak dan tidak diterima. Oleh karenanya, dalam berpuasa kita meniru bagaimana puasa Nabi SAW, seperti mengakhirkan sahur dan bersegera dalam berbuka.
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Bukhori-Muslim)

3. Takwa dan Muroqobah
Meraih derajat takwa merupakan tujuan pokok ibadah puasa. Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Takwa artinya takut kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya sesuai dengan sunah Rasulullah SAW. Oleh karenanya, marilah kita koreksi dan bertanya pada hati kita masing-masing, apakah kita bertujuan hendak meraih tujuan puasa ini?! Akankah kita memetik buah ketakwaan ini?! Ataukah kita puasa hanya menjalaninya dengan anggapan sekadar rutinitas saja?!

4. Persatuan
Bersatu dan tidak berpecah belah merupakan suatu prinsip yang diajarkan Islam dalam banyak ayat Alquran dan hadis. Dalam puasa Nabi SAW bersabda,
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu hari (ketika) manusia berhari raya.” (HR. tirmidzi no. 607 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 224)
Ya, demikianlah ajaran Islam yang mulia. Lantas kenapa kita harus berpecah belah dan fanatik terhadap kelompok dan golongan masing-masing, padahal sembahan kita satu, Rasul kita satu, ka’bah kita satu, dan Alquran kita satu?! Oleh karenanya, marilah kita rapatkan barisan kita dan rajut persatuan dengan mengikuti Alquran dan sunah, taat kepada pemimpin kita, dan mengingkari setiap pemikiran yang mengajak kepada perpecahan.

5. Kembali kepada Ajaran Alquran
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran yang berisi petunjuk bagi umat manusia. Allah berfirman,
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka hal ini memberikan pelajaran kepada kita kaum muslimin agar kembali kepada ajaran Alquran dengan membacanya, memahami isinya, mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai cahaya dalam menapaki kehidupan ini.

6. Kasih Sayang Terhadap Sesama
Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang dan kedermawanan, karena bulan itu adalah bulan yang sangat mulia dan pahalanya berlipat ganda. Nabi kita Muhammad SAW adalah orang yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi apabila di bulan Ramadhan, sehingga digambarkan bahwa beliau lebih dermawan daripada angin yang kencang.
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala semisal orang yang berpuasa, tanpa dikurangi dari pahala yang orang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi no. 807 dan dishohihkan al-Albani)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah agama yang rahmat (kasih sayang) kepada sesama. Bagaimana tidak, di antara nama Allah adalah Rahman dan Rahim (Maha penyayang), Nabi Muhammad SAW juga adalah penyayang, Alquran juga penyayang, lantas bagaimana ajaran Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berbuat kasih sayang kepada sesama?!

7. Akhlak yang Baik
Puasa tidak hanya menahan makan dan minum semata, tetapi lebih dari itu, yaitu menahan anggota badan dari bermaksiat kepada Allah. Menahan mata dari melihat yang haram, menjauhkan telinga dari mendengar yang haram, menahan lisan dari mencaci dan menggibah, menjaga kaki untuk tidak melangkah ke tempat maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya serta kebodohan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah kita mengetahui hikmah yang mendalam dari disyariatkannya puasa. Andaikan kita terlatih dengan pendidikan yang agung ini, niscaya Ramadhan akan berlalu sedang manusia berada dalam akhlak yang agung.

8. Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Dalam puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa nafsunya. Dia harus sabar menahan rasa lapar dan dahaga serta keinginan bersenggama yang sangat disenangi oleh nafsu manusia. Dia melawan kemauan hawa nafsu tersebut untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah.
Demikian hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin harus lebih mengedepankan cinta Allah daripada kemauan hawa nafsu yang kerap mengajak kepada kemaksiatan.
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)

9. Konsisten/Terus di Atas Ketaatan
Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu, perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi saw apabila memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan maka beliau bersungguh-sungguh ibadah, menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih bersungguh-sungguh di akhir Ramadhan, bukan terbalik seperti kebanyakan di antara kita, di awal Ramadhan kita semangat tetapi di akhir-akhir Ramadhan sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan hiasan rumah.

Jadi, persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya menjelang Ramadhan ini. Jangan sampai kita hanya melewatinya sebagai rutinitas tahunan dan membiarnya berlalu tanpa makna yang spesial. 

Semoga ulasan hari ini bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9 Strategi Budaya Literasi Ketika Koleksi Buku di Perpustakaan Sekolah Terbatas

Pantai

Pengajaran Sesuai dengan Tingkat Kemampuan