Malam di Stasiun
Kuliah di luar provinsi membuat Candra harus menggunakan jasa transportasi umum, kereta api. Tidak memungkinkan baginya untuk menggunakan bus karena jarak kampus tempat dia kuliah lebih dekat dengan stasiun kereta api.
Candra sudah dipesan oleh kakaknya, Indah, yang sudah berkeluarga dan menetap di luar pulau Jawa, "Kamu harus pulang satu bulan sekali. Kamu yang paling memungkinkan untuk sering menjenguk ibu." Itu yang membuat Candra sering keluar masuk stasiun.
Kuliah hari Jum'at itu sudah selesai pada pukul 15:00 WIB. Candra langsung menuju ke masjid kampus untuk melaksanakan salat Asar sebelum dia pulang ke tempat kos. Sambil menunggu azan, dia membuka smartphone di teras masjid. Terdengar pelan, ada suara memanggilnya, "Assalamu'alaikum, Dik Candra. Apa kabar?" kakak tingkat yang aktif di organisasi agama Islam kampus menyapanya.
"Wa'alaikumsalam warohmatullaahi wa barokatuh. Baik, Kak Romi." jawab Candra sambil menutup smartphone di tangannya.
"Kamu sudah selesai kuliah?"
"Sudah, kak."
"Kamu bisa azan?"
"Bisa, kak."
"Azan Asar hari ini, kamu yang azan, ya!"
"Siap, kak."
Candra langsung menuju ke microphone masjid dan mengumandangkan azan.
Selesai salat Asar, Romi menyapa Candra dan menanyakan tentang aktivitasnya di akhir pekan ini. Candra menjelaskan kalau dia akan pulang untuk menjenguk ibunya yang tinggal sendirian di rumah. Candra rutin pulang sebulan sekali untuk menjenguk ibunya agar tidak kesepian.
Karena Romi sedang tidak ada acara akhir pekan ini, dia ingin untuk ikut Candra pulang ke kampungnya. Tak disangka Candra mengizinkan Romi.
Candra berencana pulang naik kereta malam ini. Jadwal kereta malam ini berangkat pukul 20:00 WIB. Candra memesan dua tiket melalui aplikasi di smartphonenya. Candra dan Romi harus tiba di stasiun 30 menit sebelumnya biar tidak terlambat.
Candra mengajak Kak Romi, "Nanti setelah selesai salat Magrib kita langsung berangkat ke stasiun ya, kak".
"Ok. Nanti aku jemput kamu di kos. Kita ke stasiun naik motor aku saja." Romi menawari Candra.
"Siap, kak. Terima kasih."
Setelah Candra selesai salat Magrib, dia menunggu Kak Romi di teras kamar kos. Tak lama menunggu, ada sepeda motor berhenti di depan kos. Dia adalah Romi.
Romi turun dari sepeda motor dan membuka helmnya.
"Assalamu'alaikum." salam Romi kepada Candra.
"Wa'alaikumsalam warohmatullaahi wa barokatuh." jawab Candra.
"Kita langsung berangkat?" tawar Romi kepada Candra.
"Iya, kak. Lebih baik kita menunggu di stasiun daripada terlambat." jawab Candra.
Candra mengambil tas dari dalam kamar dan keluar lalu mengunci pintu kamarnya. Tidak lupa dia pamit kepada teman sebelah kamar kosnya, Joko.
"Joko, aku pulang dulu, ya. Assalamu'alaikum." Candra pamit kepada Joko.
"Iya. Hati-hati, ya. Wa'alaikumsalam warohmatullaahi wa barokatuh." jawab Joko.
Candra dan Romi langsung berangkat menuju stasiun.
Dalam perjalan menuju ke stasiun, hujan gerimis turun. Romi tidak menghentikan sepeda motornya untuk memakai jas hujan karena dia berpikir jarak ke stasiun sudah dekat. Romi yang mengendarai sepeda motor lebih kencang agar tidak basah.
Tangan Candra gemetar karena dia merasa takut dengan laju sepeda motor yang kencang. Dia ingin bilang ke Romi, tapi dia sungkan. Candra memegang erat jaket Romi. Takut kalau nanti jatuh.
Tidak sampai basah jaket yang Candra dan Romi pakai, mereka tiba di tempat parkir stasiun. Mereka berjalan menuju pintu masuk dan menunjukkan bukti tiket yang telah Candra pesan sebelumnya secara online kepada petugas.
Saat tiba di ruang tunggu, Candra melihat jadwal keberangkatan kereta api. Masih 45 menit lagi kereta akan berangkat. Candra mengajak Romi untuk salat Isya di mushola stasiun, "Ini masih lama, Kak Romi. Ayo salat Isya dulu di mushola sana."
"Ayo." jawab Romi dengan singkat.
Saat Romi mau menjadi imam salat Isya, ada seseorang yang duduk bersila menghadap kiblat di barisan depan mushola.
Romi mengambil jarak satu baris agar bisa digunakan oleh orang tersebut melintas ketika sudah selesai berdoa.
Selesai salat dan berdoa, Romi merasa penasaran dengan orang yang sedang duduk bersila di barisan depan tersebut. Romi menyentuh pundak kanannya sebanyak dua kali dan memanggilnya, "Assalamu'alaikum, pak."
Tidak ada jawaban. Disentuh kembali pundak orang itu. Romi dan Candra kaget karena dia jatuh ke kiri dan badannya tampak kaku.
Komentar
Posting Komentar