Jam 3 Pagi

"Astaghfirullaah ..." ucap Romi terkejut.

Orang yang dia sentuh pundaknya terjatuh. Dia pikir orang yang dia sentuh itu meninggal sebab tampak kaku. Ternyata, orang itu hanya tertidur saat duduk bersila di mushola stasiun.

Orang itu terbangun dan menatap Romi dengan wajah bingung. Dalam hatinya mungkin berkata, "Siapa orang ini?"

Setelah sepenuhnya tersadar, orang itu bertanya kepada Romi, "Ada apa, mas?"

"Maaf, pak. Dari sebelum saya salat Isya sampai selesai bapak tidak bergerak, duduk bersila di situ. Saya pikir bapak kenapa?" jawab Romi.

"Saya tertidur setelah berdzikir tadi."

"Oiya, pak. Bapak mau kemana?"

"Saya mau ke Klaten. Kalau kamu, nak?"

"Ini saya mau main ke rumah teman saya, Candra. Di Ngawi."

"Bapak naik kereta yang jam berapa?" tanya Candra.

"Jam 8."

"Berarti kita naik kereta yang sama. Ayo, pak kita ke ruang tunggu bareng!" ajak Candra kepada bapak itu.

Tak lama duduk di ruang tunggu, petugas stasiun menyampaikan pengumuman melalui pengeras suara, "Kereta api jurusan Madiun telah tiba dan akan berangkat sesuai jadwal pukul 20:00 WIB."

Candra langsung mengajak Romi untuk naik kereta, "Ayo naik, kak! Itu keretanya."

Romi menyahut, "Ayo!"

Tidak lupa Romi mengajak bapak tadi, "Mari, pak. Keretanya sudah datang."

"Mari, mas." jawab bapak itu.

Karena nomor kursinya berada di gerbong kereta yang berbeda, akhir bapak-bapak itu berpisah dengan Romi dan Candra.

Candra tak butuh waktu lama untuk menemukan kursi penumpang. Mungkin sudah terbiasa naik kereta api, jadi Candra tidak bingung mengurutkan nomor kursi.

"Biasanya berapa lama sampai stasiun Ngawi,  dik?" tanya Romi.

"9 jam, kak." jawab Candra.

Percakapan mereka terhenti saat ada perempuan paruh baya berjaket jingga dan berkerudung coklat itu meminta izin untuk duduk di depan kursi mereka.

"Permisi. Saya mau duduk di sini." izin perempuan itu kepada Candra dan Romi.

"Silahkan." jawab Candra.

Perempuan berjaket jingga dan berkerudung coklat itu langsung duduk dan mengeluarkan buku dengan warna sampul hijau tua dan muda dan ada tulisan "loneliness".

Seketika, Candra berkata kepada perempuan yang duduk di depannya itu, "Kakaknya suka baca buku itu? Saya baru saja menyelesaikan buku itu."

"Iya, dik. Saya baru beli kemarin. Jadi, belum selesai." jawab perempuan itu.

Akhirnya, mereka terlibat percakapan yang panjang dan berujung pada perkenalan.

Candra mengenalkan dirinya kepada perempuan itu kalau dia adalah mahasiswa semester 2 di Universitas Pasundan.

Romi juga memperkenalkan diri kalau dia kakak tingkat dari Candra di universitas yang sama.

Perempuan berjaket jingga dan berkerudung coklat itu adalah Tari, seorang pengusaha dari Bandung dan akan menjadi narasumber seminar di Solo.

Setelah Romi tahu kalau Kak Tari adalah seorang pengusaha dan narasumber, dua minta nomor WA dan akun medsosnya. Tidak berlama-lama, Romi langsung menanyakan prosedur mengundang Kak Tari.

Kak Tari siap diundang untuk acara sharing wirausaha bagi siapa saja di akhir pekan.

"Terima kasih, Kak Tari. Maaf mengganggu waktu baca bukunya." ucap Romi.

"Sama-sama, dik. Tidak apa-apa. Saya senang bisa kenal banyak orang." balas Kak Tari.

Kak Tari melanjutkan baca buku barunya dan Romi dan Candra mulai membuka smartphone-nya. Tak berlangsung lama membuka smartphone, mereka tertidur di kursi.

Sesekali mata Romi terbuka dan melihat keluar melalui jendela saat kereta api berhenti di sebuah stasiun.

Saat berhenti di stasiun Klaten, Romi ingat dengan bapak-bapak yang ketemu di mushola tadi sore. Ternyata, bapak-bapak yang tadi sudah turun dan berada di jalur penumpang tiba. Tampak beliau melihat-lihat keadaan stasiun di jam 3 pagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9 Strategi Budaya Literasi Ketika Koleksi Buku di Perpustakaan Sekolah Terbatas

Pantai

Pengajaran Sesuai dengan Tingkat Kemampuan